Tuesday, May 31

Kepada Dahulu

Share:
Kepada dahulu yg memancing rasa..
Senyummu masih terkapar dalam fikirku saat siang meredupkan kesombongannya
Sempat kau pun masih menimangku dalam benak.. 
atau mungkin bahkan tidak.
Aku tak mampu berharap banyak..

Kepada dahulu yg memancing pedih..
Sore tadi, aku masih menyimpan tekad dalam harap
Namun ketika semua terlihat, aku mulai penat akan berniat untuk mengikat
Bukan karna tersesat..
Tapi lebih tepatnya, aku sadar bahwa kau begitu niat mengikat dia yg bahkan tak pernah kulihat.

Kepada dahulu yg memancing kasih..
Mungkin caramu terlalu ampuh,
Sehingga kau mewariskan luka yg begitu sulit tuk sembuh..
Sembuh pun,
Nantinya akan menyisahkan banyak kenangan yg sukar tuk dipilah, penting tidaknya disimpan

Kepada dahulu yg memancing sejuta tanya..
Kau sering melihat putri malu, bukan? Tentulah sering.
Dari prilakumu saja sudah terlihat.
Apa kau sadar?
Ketika menginginkan orang berlaku seperti harapan,
Tapi diri justru membalaskan ke lain tujuan, itu sama halnya kejahatan.
Oh aku lupa, kau tak begitu peka..

Kepada dahulu yg memancing emosi..
Bisakah aku bertanya padamu, wahai dahulu?
Jika boleh. Aku ingin bertanya banyak hal padamu, boleh kan?
Aku harap kamu tak bosan dengan pertanyaan-pertanyaanku.

Wahai dahulu..
Benarkah dengan apa yg aku lakukan saat ini?
Tak ada maksud sama sekali untuk menyesali,
Jangan sekali-kali kau menertawaiku jika kau tak ingin menjawabnya, wahai dahulu..
Aku hanya bertanya..

Wahai dahulu..
Benarkah jika aku tak melakukan ini, hal yg lebih besar akan menanti?
Aku benci ketika aku harus memikirkannya sampai larut malam namun tak mendapatkan jawaban..
Kau menertawaiku lagi? Aku mohon jangan, wahai dahulu..
Ini masih sebagian dari pertanyaanku..atau baiklah aku akan berhenti kalo begitu.

Wahai dahulu..
Mungkinkah perkenalan begitupun pertemuan mendatangkan kebahagiaan..
Jika iya. Lalu mengapa kau masih jadi dahulu yg begitu hina dan penuh nista.
Ingat! Aku tak bermaksud mencela..

Wahai dahulu..
Aku bahkan bangga menjadi salah satu korban keganasan yg menyentilkan banyak pelajaran..
Namun aku juga begitu kasihan melihat panasnya letupan dari didihnya hati yg kian meluap.

Tampaknya begitu dilematis, wahai dahulu.. tapi itulah adanya.

Wahai dahulu..
Sejak saat itu,
Aku seakan tak percaya pada pertemuan dan perkenalan, wahai dahulu..
Bagemana tidak, tak ada yang mampu dibanggakan darinya,
Yang ada malah berbagai macam kegiatan dusta di lingkungannya..

Iya! Aku tak ingin memungkiri
Ini mungkin akibat traumatis, tapi aku harap kalian bisa lebih realistis..

Wahai dahulu..
Aku berharap satu hal..
Pedih saat ini, pastikan tak merabah pada hati yang belum khatam
Aku belum siap untuk memindahkannya ke orang lain..
Itu masih terlalu pekat rasanya..

Wahai dahulu..
Bersamaku, kau dapat lebih banyak pelajaran yg bisa kau ingatkan di lain waktu.
Aku harap kau selalu mampu memberikan pecutan dari setiap sikapku yang rentan..
Bagiku, kau ‘dahulu’ yang nista, namun tetap kucinta..


Terukir dari bawah ujung pena..


Sang penikmat kecewa

4 comments

  1. Selalu baper kalo bacain puisi dari blog ini :') Tapi tetep keren banget sih! :D

    -jevonlevin.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha bisa aja.. Kerenan situ, von :)

      Delete
  2. Itu puisi buat oarang di masa lalu yang hobinya mancing ya gan?
    :D
    move on lah move on ...
    Amazing ya bikin puisi ampe sepanjang itu , berbakat menjadi seorang penulis puisi sepertinya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah, mba.. (Mungkin) hahaha
      Udah lama ko move on-nya :D

      Anyway..
      Bisa dibilang bukan puisi sih, mba. Sekedar keresahan hati aja..

      Dan aamiiin :D
      Masih belajar2 juga dari tetuah blogger kek mba :)

      Delete

Makasih udah mau luangin waktunya buat baca postingan/kebegoan gue. Jangan lupa tinggalin jejak kalian, ya..

Without readers, this blog is nothing. Mwehehe. :))

Best regards, pejantannokturnal.

© 2012 - Pejantan Nokturnal's digital diary
Maira Gall