Friday, January 17

Modifikasi Cuaca

Share:
Sekarang Jakarta udah makin keren aja, baru2 ini ada berita yang bisa dibilang nggak terlalu heboh2 amat terdengar dari ibu kota bahwa cuaca udah bisa dimodifikasi.

Huh? Apa? Modifikasi cuaca?

Makin gile aja nih Jakarta, cuaca kok dimodifikasi??

Jangan tanya gue arti modifikasi cuaca itu apaan? Gue juga nggak tau artinya apaan..

Maaf yaa..

Okey, udah pada penasaran kan? Kalo penasaran lanjutin aja baca postingan gue kali ini. Moga aja kalian gak pada tersesat.

Ingat!! Modifikasi Cuaca bukan Modifikasi Cinta!

SELAMAT MEMBACA DAN SELAMAT TERSESAT!!

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan kalo teknologi modifikasi cuaca telah berhasil mengurangi curah hujan di wilayah Ibu Kota.

"Memang tidak sampai 100 persen berkurang curah hujannya, hanya 30 persen saja. Akan tetapi, saya rasa ini pun sudah cukup membantu," kata Kepala Bidang Informatika Pengendalian BPBD DKI Edy Junaedi Harahap di Jakarta, Jumat. 

Menurut Edy, hari ini adalah puncak musim hujan dan hujan masih akan terus mengguyur Jakarta meski dalam intensitas lebih rendah. 

"Hari ini memang sudah puncaknya hujan. Setelah itu, intensitas hujan akan berangsur-angsur menurun sampai beberapa hari ke depan," ujar Edy. 

Mengenai akan datangnya aliran air dari Sungai Ciliwung yang meluap, dia memperkirakan delapan kelurahan akan terendam air. "Yang perlu diwaspadai saat ini adalah pintu air Depok karena sudah Siaga Dua dengan ketinggian air 280 cm. Kemungkinan, delapan kelurahan akan banjir nanti malam," tutur Edy. Dia mengungkapkan ketinggian muka air di Pintu Air Katulampa saat ini sudah menurun dari 180 cm atau Siaga Dua menjadi 140 cm atau Siaga Empat.

"Tadi siang merupakan puncak waspada pintu air Katulampa karena sudah Siaga Dua. Kita sempat khawatir airnya akan terus bertambah, tetapi ternyata malah turun. Ternyata teknologi modifikasi cuaca itu ada pengaruhnya terhadap Katulampa," ungkap Edy. Terkait genangan di Jakarta Utara, dia menilai itu adalah banjir rob akibat air pasang saat bulan purnama dan menyebutnya masih dalam batas wajar.

Wilayah yang dia perkirakan akan terdampak luapan Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Cililitan, Cawang, Bidaracina, Kampung Melayu, Pejaten Timur, Pengadegan, Kebon Baru, dan Bukit Duri. 

Source: AntaraNews and OrbitnewS

Wednesday, January 8

Pentingnya PLOT dalam menentukan jenis tulisan

Share:
Gue baru aja selesai wisata blog, berkeliling dunia maya mencari kebahagiaan untuk melengkapi ilmu yang ada dan akhirnya gue nemu postingan kece ini dari wordpress om billy koesoemadinata.

Makasih buat ilmunya om Billy kosoemadinata

 

Bukan cuma itu aja, gue juga pengen ngebagi ilmu yang gue dapat buat blogger sekalian, tapi dengan bahasa gue sendiri, kali ini gue minta maaf sekaligus minta izin ama om billy karna pengen ngerubah sedikit postingan om..

Berikut postingan om billy yang habis gue edit pake bahasa gue sendiri. emang vicky prasetyo aja punya bahasa sendiri? gue juga punya keleuuuuuusss..

PLOT
Seringkali ide yang menarik buat dikembangin jadi sebuah tulisan muncul gitu aja. Kemudian, setelah lu dapet pun ide itu perlu lu kembangin lagi jadi beberapa pokok pikiran, dan saat itu pula lu udah bisa mulai nulis. Tapi, mungkin gak semudah itu?

Ada satu langkah yang baiknya lu lakuin sebelum lu nulis. nyiapin pensil? iya, tapi menurut gue itu masih kurang tepat. ada langkah yang perlu banget lu lakuin, yaitu lu mesti buat rangkaian ide yang bakalan lu tumpahin dalam bentuk tulisan. Bahasa resminya itu plot, ato biasa disebut alur. Keberadaannya cukup penting karena plot/alur ini bakal jadi benang merah dari tulisan lu. bahkan kalo lu lagi dilanda kemacetan ato stuck, dan lu ninggalin tulisan lu sementara buat nyari aer biar bisa nyambung hidup, lu masih punya panduan buat nyelsaiin tulisan lu itu.

Setiap jenis tulisan tentu perlu alur atopun plot. Fiksi maupun nonfiksi, cerita atopun panduan, sampe biografi atopun buku laporan peristiwa. Tiap tulisan itu pasti perlu sekaligus menggunakan alur ato plot. Tapi, setiap jenis tulisan itu punya plot yang berbeda2, tergantung ama penulisnya pengen membangun impresi para pembaca melalui tulisannya.

SUSUNAN PLOT
Udah pada tau kan arti plot dan peranan plot dalam sebuah tulisan?

Sebelum gue lanjutin lebih jauh dan nentuin plot tulisan, ada baiknya lu kenalan dulu ama susunan plot ini. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan ketika nanti lu harus ngebuat plot yang diterjemahkan ke dalam runutan ide topik, atopun ketika memilih urutan plot. Ya, menurut gue proses nulis itu emang cukup rumit juga. Tapi kalo lu sering2 nulis dan praktek nantinya lu gak bakal ngerasa sulit kok!

Umumnya, plot memiliki 6 unsur utama yang jadi penyusun plot:
  • Perkenalan, 
  • Pemunculan masalah, 
  • Konflik, 
  • Klimaks, 
  • Antiklimaks, dan yang terakhir 
  • Penyelesaian atau Kesimpulan.
Keenam unsur itulah yang bakalan jadi susunan utama plot. Tanpa salah satunya, tulisan lu akan terasa janggal dikarenakan ada salah satu unsurnya yang hilang.

Tapi, kalo lu emang sengaja buat tulisan lu jadi menggantung, maka lu gak perlu mengkhawatirkan unsur yang hilang itu. Walau begitu, berusahalah buat tulisan lu jadi lebih lengkap ketimbang membuat tulisan yang gak sempurna.

Balik lagi keenam unsur penyusun plot yang tadi.

Lu udah siap ngebeda keenam unsurnya? yaudah, mari kita mulai..

Perkenalan
Perkenalan biasanya merupakan awalan dari tulisan yang lu tulis. sesuai ama namanya, perkenalan itu isinya pembukaan dari tulisan yang menyangkut topik apa yang akan lu bahas dalam tulisan lu. Dalam tulisan fiksi, perkenalan itu kayak dimana saat lu ngenalin semua tokoh2 yang ada dalam tulisan elu, sementara dalam tulisan nonfiksi, berupa ocehan pembuka pada tulisan yang lu tulis. sampe disini udah ngerti? kalo udah ngerti, lanjut lagi coy..

Pemunculan masalah
Pemunculan masalah adalah tahapan selanjutnya setelah Perkenalan (iya, gue tau kalo lu udah pada tau). Dalam tulisan seringkali lu nemuin dimana keberadaan topik tulisan mulai dipertajam sehingga pembaca bisa tau maksud dan tujuan dari tulisan yang lu buat. Pada tulisan fiksi, pemunculan masalah biasanya berupa kejadian2 yang dialami ama tokoh dalam tulisan elu, sementara dalam tulisan nonfiksi berupa unsur2 pendukung topik yang dibahas dan bisa berupa contoh2 yang dikaitkan. Ketika topik mulai dikenali, maka kejadian selanjutnya dalam sebuah tulisan adalah lu mesti nentuin konflik apa aja yang ada dalam tulisan lu itu.

Nah, berikut penjelasan konflik dari om Billy..

Konflik
Konflik merupakan lontaran masalah yang pertama kali timbul sejak pertama kali tulisan dimulai. sampe disini ada yang mau nanya? (Cieee..) Seringkali, konflik pun dihadirkan agar tulisan menjadi lebih menarik dan menantang pembacanya untuk melanjutkan dan menyelesaikan bacaannya. (Baca: Biar orang lebih minat baca tulisan lu dan lebih bikin penasaran).

Klimaks
Klimaks adalah momen2 penting yang harus ada di dalam tulisan elu, di mana saat orang yang baca tulisan lu bisa mengalami pengalaman puncak emosi ataupun rasa ingin tahu yang paling tinggi. Setiap tulisan pasti memiliki puncak yang paling menjadi daya tarik dari tulisan tersebut. Entah itu situasi yang makin menegang seperti dalam tulisan fiksi, atopun perbandingan pendapat para ahli yang hadir dalam tulisan nonfiksi. Apapun bentuknya, klimaks haruslah memiliki unsur paling menarik dan paling “WAH” dibanding bagian2 lainnya.

Antiklimaks
Everything comes up, would comes down. Itulah hukum yang berlaku di dalam sebuah tulisan. Tensi, tensi, tensi!!!! disni bukan cuma manusia aja yang bisa punya tensi. Tapi tulisan juga punya yang namanya tensi.

Tensi yang terus dibangun melalui fase perkenalan hingga klimaks pun “harus” turun dengan adanya antiklimaks. Hal ini dimaksudkan biar tulisan lu jadi lebih “menyenangkan” bagi pembaca karena tak harus terus dirundung oleh hype/perasaan tegang dari tulisan yang lu buat. Antiklimaks juga dimaksudkan agar orang yang baca tulisan lu memiliki kesempatan untuk menarik napas sekaligus nunggu akan seperti apa akhir dari tulisan lu itu.

Penyelesaian
Ketika semua unsur dari plot tulisan udah muncul, maka penyelesaian adalah jalan yang paling baik. Begitu juga ketika hubungan yang selama ini elu jalanin dan udah gak bisa dipertahankan lagi, maka jalan satu2nya yang dibutuhkan adalah penyelesaian. Dengan membuat fase penyelesaian, tulisan bakalan jadi lengkap karena dapat berisikan kesimpulan pada tulisan nonfiksi maupun bagian akhir dari cerita fiksi yang bisa lu pilih apakah lu mau berakhir bahagia, sedih, atopun menggantung. Tapi ingat!! Kisah cinta lu yang nyata gak bisa dibuat indah segampang itu. kalo jelek, yaa jelek aja..

Tadi kan lu udah gue suguhin pengertian dan pentingnya plot dalam suatu tulisan trus gue juga udah suguhin 6 susunan plot, nah sekarang gue mau nyuguhin subpostingan gue yang terakhir..

MEMILIH JENIS PLOT
Berikut 3 macam alur yang paling utama dan dikenal serta sering digunakan oleh kebanyakan penulis:
  • Maju, 
  • mundur, serta 
  • campuran.
Ketiga jenis plot tersebut punya karakteristik masing2 yang dapat membangun setiap tulisan sehingga kelihatan lebih menarik bagi para pembacanya. You want more? kalo want, lanjut baca lagi deh..
Baiklah, gue masuk lagi dalam ruang bedah kata, dan yang sekarang pengen gue bedah adalah kepala temen lu yang doyan nikung. hahaha, gaklah.. gue pengen ngebedah apa saja 3 jenis plot yang selama ini sering digunain ama para penulis hebat jaman sekarang. yang pertama:

Plot maju
Plot maju adalah plot yang paling umum dan sering digunakan di setiap tulisan. plot ini punya ciri tulisan yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Setiap bagian dari tulisan tertata dengan baik, sehingga pembaca tulisan pun gak bakal kehilangan setiap momen2 yang lu tulis. Runutan peristiwanya membuat impresi yang dibangun oleh penulis kayak mendaki gunung kemudian menuruninya kembali. Perkenalan, pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelesaian adalah fase plot yang disusun secara urut dan tidak berloncatan. semua sesuai tatanan, ato gak melanggar aturan penulisan.

Plot mundur
Kebalikan dari plot maju, tentunya adalah plot mundur yang susunannya udah tentu merupakan saingan dari plot maju. Penyelesaian, antiklimaks, klimaks, konflik, pemunculan masalah, dan perkenalan sebagai urutan fase terbalik yang ngebuat tulisan jadi lebih “berbeda” karena tuturan cerita akan terbalik dengan diawali amanat atopun kesimpulan cerita terlebih dahulu, baru deh ketahuan masalah yang diakhiri dengan keterangan pelaku masalah yang ada di tulisan elu.

Tapi kalo plot mundur cukup buat lu bingung untuk diterapakan, namun plot maju pun gak terlalu menarik karena terlalu resmi, lu gak perlu sedih. ada pilihan kok. lu bisa pake plot campuran yang merupakan hasil paduan antara plot maju dan mundur. bukan berarti kalo lu nulis lu mesti maju mundur, nggak. Plot ini agak keren karena plot campuran ini bersifat fleksibel sehingga dapat membuat tulisan lu jadi lebih menarik.

Plot campuran
Plot campuran yang merupakan hasil paduan dari maju dan mundur ini, tentunya masih menggunakan 6 unsur penyusun plot. Meski demikian, susunannya dapat diganti dan disusun ulang tanpa berurutan. Namun, apapun awalnya penyelesaian akan tetap hadir di bagian belakang. Contohnya plot campuran antara lain konflik – pemunculan masalah – perkenalan – klimaks – antiklimaks – penyelesaian. ato lu juga mau yang antimainstrem lu bisa buat plot campuran lu sendiri yang mungkin penyelesainnya di tengah trus pemunculan masalahnya di akhir. itu semua terserah elu.

Namun kembali lagi, apa pun plot yang akan lu pilih sebagai panduan benang merah tulisan yang lu tulis, pastikanlah bagian2 tulisan terus menempel dengan plot sehingga ketika urutannya akan diputarbalik akan mudah dikerjakan. Selamat menulis, Selamat nge-Blog dan Salam unyu-unyuu.. ^^

Friday, January 3

Coretan awal tahun: Gue, Hidung, dan Ingus

Share:
“Entah kenapa malam ini gue gak bisa tidur? Gue mikirin sesuatu tapi gue sendiri gak tau lagi mikirin apaan.. Mungkin kalian tau apa yang sekarang gue pikirin? iya, mungkin gue lagi dilanda insomnia..”
Sebagai makhluk nokturnal, hal seperti ini udah biasa dalam hidup gue dan bahkan setiap hari gue bisa kayak gini, kecuali gue dikasi obat tidur yang dibungkus ama roti trus gue digebukin pake prabotan dapur ama nyokap. Nah, mungkin dengan cara itu gue bisa tidur.

Oke, daripada ngomongin soal insomnia, mending gue ceritain pengalaman kampret gue ke kalian semua..


Gue enaknya manggil pake apaan nih? Bro, coy, mamen, brada, akang, bang, atau mblo? Yaudah gue panggil biasa aja yaa. Hehehe.. eh, bukan berarti gue manggil lo biasa aja, jadi gue mesti manggil lo ‘woy biasa aja!!’ gak kayak gitu, maksud gue itu.. gue manggil lo biasa aja maksudnya, gue cuman pengen manggil lo pake panggilan yang sering lo denger. Gitu..

Gini nih, gue habis dapat masalah soal hidung gue, dan masalahnya adalah ingus gue yang sama sekali gak pernah ngertiin gue. Gue udah coba lerai tapi tetap aja gak ada yang mau ngalah, gue coba ngebagi waktu mereka, dan gue juga sempet biarin mereka buat berebutan lubang hidung. Tapi, gue rasa usaha gue itu masih belum berhasil juga.

Pertama kali gue dapat pemberitahuan ato tanda-tanda kalo gue bakalan kena masalah hidung ini. Gue dikasih tanda berupa tenggorokan gatel yang gatelnya sampe perut dan gak ketahan pula gatelnya. Gue udah pengen banget ngegaruk tenggorokan gue pake garpu karatan biar agak lebih enakan. Tapi apa daya, garpu dirumah nggak ada yang karatan dan alhasil rencana gue buat lubangin tenggorokan gue pun gagal.

Gue coba nanya ama nyokap soal tenggorokan gue ini sekaligus nanya obat apa aja yang cocok buat ngilangin rasa gatal yang membelenggu tenggorokan gue ini dan nyokap dengan entengnya cuman bilang “Mending kamu pergi manesin air sampe mendidih” nyokap nyaranin gue dengan bijak.

‘buat apaan manesin air?’ gue nanya dengan muka lugu, ‘Kan yang sakit tenggorokan aku? Bukan pengen mandi air hanget.’
‘Iya..’
‘Iya apa mah?’ Gue makin takut
‘Iya, abis itu kamu minum tuh air biar tenggorokan kamu agak plongan dikit..” nyokap nyaranin gue sepenuh hati dan penuh kebijakan.

Gue rasa, daritadi nyokap emang mau ngebunuh gue dengan cara bijak, sampai-sampai dia rela ngebuang waktunya cuma buat ngasih saran yang bener-bener nyakitin banget. Masa gue kesiksa kayak gini malah disuruh minum air mendidih? Yang lebih parahnya lagi, gue dikasi tau katanya biar tenggorokan gue plongan dikit. Ckckckck..

Setelah semua persoalan udah gue bilang ama nyokap dan meskipun cuman dikasih saran seiprit doang, rasa gatel di tenggorokan gue malah makin menggila. Rasanya tenggorokan beserta tonsil gue udah pengen lompat keluar dari mulut. Hidup dengan keadaan gini bener-bener suram ketimbang gue jadi anak alay yang doyannya hunting photobox yang ada di mall-mall. Gue coba minta izin keluar ama nyokap buat nyari obat ama temen dan berharap banget bisa dapet obat yang cocok dengan tenggorokan kampret ini.

Sebelum gue keluar rumah, gue udah janji gak bakalan pulang sebelum dapetin obat yang bener-bener cocok buat ngilangin rasa gatal yang mengrogoti tenggorokan gue ini. gue janji ama nyokap kalo gue gak bakalan pulang sebelum dapet obat yang cocok. Gue juga janji ama kaka gue, adek gue, sampe ke tetangga-tetangga yang gue kenal, gue juga janji ama mereka semua.

‘Magh,’ gue minta izin dengan suara flu seadanya, ‘akhu mau perhgi nyari obath.’
,’Iya ko? Kamu kenapa? kok suara kamu kayak gitu? Bengek.’
,’Magh, akhgu mau perghhi nyarigh obathhh.’ Gue coba memperjelas
,’ohh, mau pergi beli obat..’ nyokap akhirnya ngerti.
,’Iyaghhh..’
,’Trus,’ pertanyaan nyokap makin dalam, ‘kamu keluarnya sama siapa? Sama temen cowok kamu lagi?’
,’ahg, nggak koghk magh..’
,’Trus?’ pertanyaan nyokap makin gila
,’Aku keluarghnya ama.......’ gue diam sejenak
,’nah kan!’
,’iyadegh, akhu ngakugh..’ gue ngaku sambil ngelap ingus.

Gue emang sering keluar ama temen gue ini, dia itu cowok, itupun sekedar temen cowok dan nggak niat buat ngelanjutin kehubungan yang lebih dalem lagi. Temen gue ini namanya rahman, dia itu orangnya kental dengan agamanya, saking religuisnya gue sempat dikirain hantu karna suka gelap-gelapan sendirian dalam kelas (ceritanya panjang), dia anak yang baik, ibadahnya gak pernah bolong, makannya banyak, doyan curhat ama gue, dan yang paling penting adalah rahman kalo ketemu gue, pasti langsung cerita soal mantannya yang itu-ituuuuuuuu aja. menurut gue dia itu cowok idaman banget (bukan berarti gue suka ama dia kalo gue ngomong kayak gitu!). Eh, gue lupa satu lagi ciri-cirinya dia yang paling mencolok, dia punya kaki yang gede, mirip ama ban truck tronton, kalo keinjek, kaki lo udah gak bisa diselametin lagi.

Tapi cuma satu yang gue sayangin gue sempat dikirain homo ama nyokap sendiri perkara gue sering keluar bareng, makan bareng, jalan bareng, dan masih banyak lagi kegiatan menyenangkan yang kita lakukan diluar sana. Dan itu tanpa sepengetahuan nyokap..

‘Piiiip.. piiiip.. piiiiip.. Ikhsaaan!!!’ Suara rahman dari balik pintu
,’Iyya,’ Tanya gue dari dalam rumah, ‘siapa yaa?’
,’Gue..’ Jawab si rahman
,’Iyya,’ Tanya gue lagi, ‘lo siapa?’
,’Mau minta sumbangan san’ Jawab si rahman dengan lantang.

Baca juga: Benernya dia, begonya gue.. 

Gue keluar buat bukain pintu sambil nyeletuk ‘Hahaha.. gue kirain lo siapa. Ternyata mau minta sumbangan toh’, pas gue sampe depan pintu trus gue buka pintunya, ternyata beneran temen gue, sebenarnya gue kira tukang minta sumbangan.. padahal gue udah bawa uang recehan buat dikasih ama temen yang tadinya sempat gue kirain peminta sumbangan. mungkin, emang belum rejeki dia kali yaa.

‘Yaudah, masuk dulu,’ seru gue, ‘mau minum apa man?’ 
,’Iyya, gak usah repot-repot san fant* botol aja’ dia merintah gue layaknya penjajah.

Kebangetan basa-basinya, ngakunya sih gak mau ngerepotin tuan rumah tapi minumannya minta fant* botolan segala, yaa gak apalah, kan gue kalo kerumah dia, gue sering minta fant* botolan juga, cuman bedanya botolan yang gue minta, botolan yang 5 liter gitu. Kelakuan..

Gue beranjak ke dapur dengan muka ketekuk buat ngambilin si Rahman fant* botolan tadi. ‘Coba aja, bukan karna gue gak mau ditemeninin beli obat, gak bakalan mau gue ngeladenin lo kayak gini nyet.. biasanya ngambil sendiri kalo pengen minum, tapi karna lo tau kalo ini masalah hidup dan mati gue, jadinya lo mau seenaknya perintah gue kayak penjajah gini’ gue ngomong dalam hati sambil sesekali bibir gue digoyangin dikit biar kayak pemeran antagonis gitu.


Sebenarnya bukan persoalan gue pengen ditemenin aja sih, cuman gue takut nanti dia malah nendang gue, kalo dilihat-lihat kakinya itu udah mirip banget ama ban truck. Lebar. Bentuknya atletis jadi gue takut kalo sampe ditendang ama dia. apalagi keinjek. Ampun deh..

‘Man,’ tanya gue dari kejahuan, ‘Lo udah selesai minumnya?’
,’Sebenarnya sih udah, tapi kayaknya gue masih mau nambah’ Jawab dia
,’Yaudah, minum dulu kalo emang masih pengen minum..’ Seru gue lagi
,’Yaa.. gak gitu juga sih san. Emang udah mau jalan?’
,’Udah,’ Jawab gue dengan lagak dewasa, ‘daritadi..’
,’Kenapa lo gak bilang daritadi?’ dia balik nanya
,’Gue nungguin perut lo pecah.’ Jawab gue sambil cengegesan.

Dia cuman bisa bilang ke gue sambil cengengesan ‘lo emang ngertiin gue san, tapi ngertiinnya menyimpang dari arti yang sebenarnya’, gue gak mau kalah ama dia dan bilang ke dia juga ‘bener-bener ni orang.. emang gue tau apa soal ngertiin cowok? lo kira gue cowok setengah matang yang bisa ngertiin elo nyet. kampret..’.

‘Hahaha.. ada-ada aja kamu ini.’ rahman meraju, sambil nepuk pundak gue
,’Hahaha,’ Gue balik nepuk pundak dia, ‘emang gue ada.’ 
,’Hahaha.. iya juga sih.’ Jawab dia sambil nepuk pundak gue lagi
,’Hahaha.. iya.’ Gue nepuk pundak dia lagi
,’Iyya..’ Dia nepuk pundak gue lagi
,’Iyya.’ Gue bales nepuk pundak dia sambil senyum setan.

Ngomongin persoalan yang gak ada manfaatnya kayak gini, rupanya ngebuang-buang energi yang lumayan banyak. Selain itu, gak ngaruh ama baik engggaknya persoalan yang gue alemin sekarang. Malah memperkeruh persoalan, udah kayak ngaduk kolam ikan yang setahun gak pernah dibersihin. Bukannya bersih, malah makin keruh.

Dan hidung gue yang tadinya cuman kesumbat sebelah, jadinya kesumbat dua-dua akibat kelamaan ngomongin yang engga-engga, dan itu rasanya kayak diculik ama penculik yang gak niat minta tebusan tapi niatnya cuma pengen nutupin hidung gue doang ampe seharian penuh. SESEK.

Oke, gue lanjutin lagi curhatan gue yang bisa dibilang lumayan kampret..


Setelah penantian panjang yang nungguin dia minum ampe perutnya pecah trus dilanjutin ama percakapan aneh kayak tadi (saling muji dan saling tepuk pundak nggak ada gunanya), gue akhirnya keluar rumah ama Rahman buat nyari obat biar beban dihidung gue lepas, pergi dan gak kembali lagi.

Sebenarnya gue juga gak tega sama diri gue sendiri terutama hidung gue yang lagi kesiksa akibat sumbatan ingus-ingus somplak ini, mereka doyan banget nongkrong di lubang hidung gue, mereka ngga tau rasanya kesiksa kayak gini, yang mereka tau cuma nyumbat hidung orang doang, mereka taunya nyiksa, dan mereka gak pernah ngertiin perasaan gue. mereka kejam.

Gue keluar dari rumah, 
Gue cari apotek sambil nyenengin hatinya, 
Tapi gue sendiri jalan dengan hati kesiksa
Gue tatap matanya,
Gue pegang pundaknya sambil ngomong ‘woy, motor lo belum nyala kampret!! Gimana mau nyampe dia apotek kalo kayak gini?’ 
Rahman ketawa, ‘hahahaha..’

Dalam perjalan mencari obat gue ngomong ke Rahman sekalian buat minta saran biar ingus gue ini cepet sembuh dan nggak bakal balik-balik lagi. ‘man, menurut lo obat apa yang cocok buat hidung gue ini?’ gue nanya ke Rahman dengan penuh harapan, ‘sebenarnya sih kalo penyakit kayak gituan (ingusan) mestinya minum obat flu aja. Tapi, gue curiga lo itu kena flu burung yang lagi marak saat ini san.’ Rahman makin nakut-nakutin gue, ‘iya, yang gue takutin itu doang tapi mudah-mudahan nggak deh.’

Satelah gue minta saran ama Rahman dengan panjang lebar,niat hati bakalan dapat saran bijak dari dia. eh, ujung-ujungnya yang gue dapat itu kata-kata ini aja: ‘Habis nyari obat, mending lo langsung tidur aja. soalnya tiap kali gue ngeliat muka lo itu, gue kayak ngeliatin idung badut yang habis ketimpuk sepatu laras. Merah, bengkak, bantet, dan semua itu pake banget.’ 

Apes banget gue dibilang badut yang abis ketimpuk sepatu laras, masa orang seganteng ini dibilang badut? Udah gak wajar kalo gue dibilang badut, bener-bener udah kelewatan. 

Walaupun semua itu tingkat kebenarannya udah gak diragukan lagi, tapi sebagai manusia ganteng yang gak laku, gue berhak merasa terkucilkan, dan bisanya cuman terkucilkan doang, gak bisa ngapa-ngapain. Sebaikanya gue nangis dalam hati aja.. *elus dada*

Jauh gue nyari obat yang gue butuh dari tadi.. gue akhirnya dapat apotek pinggir jalan yang nyimpen obat penyelamat hidung gue, harganya agak mahal tapikan gue bisa minjem uang si Rahman temen gue yang ganteng ini.

Instict peminjem gue mulai bekerja. Gue basa-basi dulu ama Rahman, hitung-hitung gue bisa dapat duit tambahan kalo dia ikutan masuk. Gue nanya ke dia ‘lo gak mau ikut masuk?’ sambil ngelus-ngelus pundaknya yang agak nunduk kayak nyari duitnya yang hilang, trus dia jawab ‘gak usah deh, nanti kalo gue masuk yang jagain motor gue siapa?’, gue balik ngeyakinin dia ‘beneran? Penjaga apoteknya cakep lho!!!’. 

‘Yaudah deh, gue ikut masuk kalo gitu’, Rahman ngomong ke gue dengan ambisi yang mengebu-gebu tanpa ada rasa curiga kalo dia lagi dibodohi ama temennya sendiri. Kampret banget deh.. padahal sebelumnya gue belum pernah masuk di apotek ini, gimana gue tau kalo penjaganya cakep apa enggak, tapi karna gue bilang penjaganya cakep, dia langsung ikut gitu aja. Kasihaaaaaaaaaaan. 

Persoalan cewek, gue udah yakin dia gak make mikir panjang. Itu baru gue bilang cantik, gimana kalo gue bilang ‘Penjaga apoteknya itu jomblo lho!’ Mungkin dia udah terbang ato bahkan dia joget-joget ditengah jalan sampe kejang-kenjang, trus buru-buru minta nomer si penjaga apotek, trus pedekatean ama si penjaga apotek, trus jadian, trus kedapetan ama tunangan si penjaga apotek, trus dibonyok ama tunangan si penjaga apotek, trus nyesek luar dalem, trus gak bisa move on deh. Huuuufftt kaciand.. 

Habis ngebodohin dia dan sempat ngelamun dikit, gue ama Rahman masuk ke apotek sembari gue ceritain semua persoalan hidung gue ini.
‘Man,’ gue nanya ke rahman sambil nunjuk-nunjuk hidung gue yang warnanya udah mirip jambu monyet keciprat saus tomat sebotol ini, ‘Lo tau gak kalo hidung gue udah lama kayak gini?’
‘emang udah berapa lama?’, trus rahman nanya seolah-olah kalo gue jawab pertanyaannya dia, dia bakalan dapat informasi penting, ‘gak lama-lama amat kan?’.

Gue trus mikir ‘jawab gak yaa pertanyaan si rahman? jawab gak yaa?’ tapi, kalo gue gak jawab, nanti dia malah kecewa ama gue.

Yaudah gue jawab aja, ‘hidung gue kayak gini, udah hampir dua minggu dan belum dapat titik terang juga a.k.a belum sembuh-sembuh sampe sekarang’ gue ngarahin hidung gue ke muka dia.
‘untung aja!!!’ hela si rahman. ‘untung aja gak lumer kayak coklat batangan yang kelamaan dijemur’. 

Pas gue udah ngasih tau kayak gitu, dia trus ketawain gue sampai-sampai bau mulutnya kecium ama orang-orang yang ada di apotek itu. ‘heh’ gue sewot, ‘lo kenapa sih ketawain gue kayak gitu, apa ada yang salah ama bentuk hidung gue?’.

Hampir 30 menit gue berdua saling beradu argument tentang hidung yang gak sembuh-sembuh akibat flu selama dua minggu ini, dan tetep aja gak ada yang bisa dijadiin kesimpulan dari adu argument gue tadi.

‘udah, cukup..’ dia motong pembicaraan gue, ‘ngapain kita beradu argument tentang hidung lo itu, gak penting.’ Dia ngomong ke gue kayak anak alay yang lagi kelelep karna abis diputusin ama pacarnya.
‘yaudah,’ gue ngomong sambil menghentakkan kaki, ‘kalo kamu gak mau ngebahas itu, kita udahan aja kalo gitu.’
‘ihhh, kamu apaan sih?’ Rahman nyerocos. ‘lo kira gue ini apaan? Seenaknya aja minta udahan, emang kita pernah pacaran?’ 

gue langsung gak ngerti, sebenarnya gue ini salah apa, kok dia malah marah, trus ngomong kayak gitu ke gue. 

‘eh,’ gue nanya baik ke dia, ‘kamu kenapa sewot kayak gitu?’

Dia malah makin parah. Gue yakin ini pasti akibat hidung gue ini. ‘tapi,’ gue terus berfikir, ‘hidung gue udah salah apa, lagian hidung gue gak pernah ngapa-ngapain dia, gue perhatiin hidung gue gak kemana-mana. Daritadi disini terus.’ Gue nyalahin diri gue sendiri dengan alasan hidung gue udah berbuat salah.

Gue mending berhenti deh, ketimbang nerusin perselisihan ini, yang ada kalo gue terusin nanti malah kayak orang pacaran yang lagi marahan trus ditanya ‘kamu kenapa sih marahin aku?’, trus ceweknya cuman bilang 

‘aku lagi PMS!!!!! Jadi aku harap kamu maklumin aja.’
‘iya,’ sela gue, ‘tapikan?’ belum selesai gue ngomong, dia udah semenah-menah ngarahin telunjuknya ke bibir gue, ‘ssssttt, maklum aja..aku kan PMS’.
‘iya, tapikan?’
‘Tapikan apanya?’ Rahman makin sewot, ‘kamu, emang gak pernah ngertiin aku, kamu maunya menang sendiri, kamu gak suka kalo aku lagi PMS, kamu gak pernah ngertiin perasaan cowok yang lagi PMS’ rahman makin menjadi-jadi.

Gue berusaha bangkit dari khayalan liar itu dan stay kece. Sesekali gue juga ngeliat di sekeliling gue. Gue merhatiin dia yang lagi duduk di samping tempat gue duduk. Gue coba nyubit diri gue sendiri dengan harapan bisa ngerasain sakit yang luar biasa. “ouuuch...” Ahamdulillah, ternyata ini cuman khayalan gue aja. Untung aja gak beneran.. -_-

Selepas gue biarin khayalan gue lepas. Gue kembali ngurung mereka semua biar gak makin parah kemunginan yang akan muncul. Si rahman yang tadinya diam, dia malah ngeliatin gue terus. Mungkin dia mikirin sesuatu tentang gue ato nggak dia malah ngerencanain bakalan akting di depan semua orang layaknya cowok PMS seperti yang gue bayangin tadi. gue harap nggak. GUE CUMA BISA BERHARAP ITU NGGA BAKALAN TERJADI -_-

Pulang dari apotek gue berfikir kalo seandainya obat yang gue beli ini malah nggak ngaruh ama hidung gue, apa yang mesti gue lakukan? Apakah gue mesti lari keliling komplek sambil teriak ‘hidung gue dalam masa penjajahan, tolong!’ sampe orang ngerti dan bisa nolong gue dengan peralatan seadanya, atau gue mesti guling-guling seharian biar ingus gue ini bisa keluar sendiri dan ngerasa bosan akibat perbuatan kasar gue terhadap mereka, entah apa yang semestinya gue lakukan? Entahlah..

Rahman yang tadinya banyak bicara entah kenapa dia tiba-tiba jadi pendiam, gue coba tanya ke dia ‘kamu kenapa?’ tapi dia malah nggak menjawab pertanyaan gue, dijalan pulang kita nggak saling bicara, gue dan Rahman cuma duduk diatas motor sembari melihat keadaan sekitar. 

Sesampainya dirumah, gue langsung minum obat tanpa basa-basi, gue masuk dapur dengan harapan gue bisa minum obat yang gue pegang dan bisa beristirahat dengan baik, tidur nyenyak, meluk guling, trus bangun dalam keadan tanpa siksaan. Dan mungkin ingus punya rencana lain. Obat itu nggak ngarus sama sekali..

Hal terakhir yang bisa gue lakuin.. gue coba ngasih mereka perjajian hitam diatas putih biar mereka gak saling berebutan lubang hidung antara satu sama lain. Dan isi perjanjiannya adalah:

Perjanjian lubang hidung

Gue sebagai pemilik lubang hidung ingin mengeluarkan perjanjian persoalan berebutan sengketa yang gak ada habisnya, gue pengen negasin kepada pelaku (ingus) biar gak bertengkar lagi soal ngerebutin lubang hidung yang pengen kalian tempatin. Tapi, gue harap kalian bisa ngertiin perasaan gue itu kayak gimana kalo kalian berebutan lubang hidung. Nyesek!!

Gue cuman pengen bilang ke kalian (ingus). Udah, hentikan pertengkaran ini atau kalian bakalan gue usir dari hidung gue, dan jika kalian tetep gak mau dengerin gue.. kalian akan gue usir beserta hidung gue yang selama ini gue dekap dalam wajah unyu gue.

Gue harap kalian bisa ngetii dan terapkan perjanjian ini, lebih dan kurangnya itu semua karna kalian gak mau dengerin gue. Sekali lagi gue tegaskan JANGAN BEREBUTAN LUBANG HIDUNG. TITIK!!!


Tempat tidur, 11 september 2011


Yang bertanda tangan dibawah ini
Gue, hidung dan ingus


Lo tau, isi perjanjian yang gue buat ini, 100% murni dari rasa jengkel gue ama si ingus yang gak pernah ngertiin perasaan gue disaat dia lagi berebutan lubang ama sebangsanya. Gue harap kalian gak bakalan ngerasain hal yang gue rasain kali ini.. rasanya nyesek -_-

Dari sini gue dapat pelajaran kalo sebenarnya, cinta itu gak bisa kita dapetin dan ngerasa cocok kalo cuman sekedar mencintai dan dicintai sepihak, apa yang kita cintai selama ini, itu semua harus dibalas dengan perasaan yang sama. bukan hanya “aku sayang kamu” tapi “aku JUGA sayang kamu” dan itu harus dipastikan. Sama halnya hidung yang tersumbat. Hidung yang tersumbat sebelah, rasanya nggak bakalan enak dan bahkan akan menyiksa orang yang mengidapnya. Itu karna hidung gak akan berfungsi sempurna jika salah satunya tersumbat, begitupun dengan hati kita. Hati dan rasa sayang kita yang cuma kita yang rasakan tidak akan berfungsi ato terasa sakit jika hanya satu yang mencintai.

Dan jika ini terjadi. Perasaan cinta yang kita dapatkan dari ucapan seseorang gak ada maknanya, yang ada cuman perasaan sementara yang dihadirkan ato kata lainnya perasaan palsu.

Gue ngerti kalo selama ini, cinta yang gue dapat hanya “Cinta”. Cinta yang cuman melalui perantara seseorang (Dicomblangin). Cinta yang cuman memandang dari luar ato CIVER (CInta coVER). Cinta yang gak pernah dilandasi oleh rasa (Numpang lewat). Dan cinta yang cuman maunya dikasih kata-kata sayang, omongan-omongan, rayuan-rayuan, quote-quote dari pencintraan yang didapatkan dari twitter orang dan bukan dari apa yang beneran timbul dari dalam hati mereka (Fakir gombal).

Tapi biar gimanapun gue harus nerima dengan lapang dada.. karna dari ingus itu gue akhirnya dapat pelajaran baru lagi dan lebih ngerti kalo selama ini kita gak boleh ngeremehin hal-hal kecil di dalam hidup kita, soalnya dari hal kecil itu bisa menjadi besar kalo kita gak siap buat nerimanya.
© 2012 - Pejantan Nokturnal's digital diary
Maira Gall