Ingatkah
kau ketika melewati kisah bersamaku?
Menjadi
pena dari kertas putih yang kita ramu
Menikmati
setiap hina dari manusia penuh sandiwara
Jatuh
dalam alunan pertemuan
Pertemuan
magis membawa diri ke dunia fana nun jauh disana
Ingatkah
kau ketika kita berbagi sakit?
Sakit yang menjadi rakit
menuju parit kedewasaan sedikit rumit
Hiruk derai bait rupa lawan sengit
Bersama
fantasi mistis dalam frustasi yang tak habis
Kau
sang belati ifrit
Menyayat
dengan harapan berbelit
Luka
yang ada selalu menjadi darah
Beku
bukan berarti tak berangan
Hanya
saja tersimpan untuk satu denyutan
Keluhmu kan selalu terngiang di gendang telinga
Senyum
manismu begitu mudah hinggap disetiap jenaka
Tatapmu
tajam menembus relung sepi
Kaulah
indah yang datang tanpa permisi
Kau
bagai sebaris senja di ufuk mata
Indah,
Namun
hilang dibalik langit dan bukit tanpa pamit..
...
Juga
tak henti-henti menitip pahit
Makassar,
agustus 2012